Selamat datang bulan September

Selamat datang bulan yang dimulai dengan tangisan bayi mungil, disebuah rumah sakit kota besar yang sekarang hanya tinggal puing kenangan.

Selamat datang usia dua delapan, yang tak pernah kusangka bisa melewatinya dengan IzinNya.. ya.. siapa sangka. Sebab pernah kumengira hembusan nafas akan berakhir di angka dua tujuh. Ayuhai usiaa… apa yang sudah kau perbuat untuk dirimu sampai sejauh ini? Sedang kau tau atau pura2 tidak peduli malaikat maut sedang mengintaimu?!

Selamat datang kerutan2 diwajah… yg menandakan bahwa kau tak lagi remaja 19 tahun. Usia favoritmu sampai sekarang. Sedang Alif kecilmu terus tumbuh menjadi gagah. Meski bagimu, ia tetap Alif kecilmu. Yang memiliki tatapan dan senyuman khas milikmu. Yang begitu senang memelukmu. Atau yang terkadang usil menggarai istirahat lelahmu.

Selamat datang kekhawatiran2 sebagai seorang ibu dalam kehidupan berwarnamu. Dimana setiap teriakan si kecil menjadi kepanikanmu. Dimana setiap tangisan si kecil menjadi keresahanmu. Dan duniamu menjadi teralihkan dengan adanya mereka, juga pangeran hatimu. 

Selamat datang kepikunan semi permanen dalam ingatanmu. Ketika kau lupa nama teman sekelasmu saat disekolah dulu. Ketika kau bahkan lupa nama guru favoritmu disekolah dulu. Ketika kau lupa peristiwa masa lalu yang kau lihat dalam bingkai foto.

Selamat datang masa ‘perjuangan seorang ibu’. Dimana kau bahkan mengabaikan cita citamu, dimana mungkin kau melupakan hasratmu saat remaja dulu. Bukankah tiada yang lebih menyenangkan sekarang? Saat dua malaikat kecilmu benar benar memenuhi hari2mu. Saat ingin mereka lebih kau pilih daripada inginmu.

Selamat datang perjuangan… selamat datang cinta… Welcome to my Word. 🙂

Sebuah Langkah Besar

Terkadang…

Kau hanya harus berani mengambil suatu keputusan besar, untuk mengubah hidupmu! Membawamu pada kehidupan dengam dimensi yg lain.. dengan cerita yg berbeda… dengan orang2 baru yang luar biasa. Yang menerimamu tanpa tapi, yang merangkulmu tanpa syarat, yang mengajakmu tanpa ragu. Mengarungi mimpi-mimpi pasti, bukan hanya sekedar janji. Bukan hanya sekedar imajinasi.

Bersama, bergandengan tangan. Menuju jalan yang sama. Menatap kedepan, tanpa perlu menoleh lagi kebelakang. 

🙂

Karna cinta tak selalu harus menunggu…

Kau tau, dear’s….

Terkadang dalam hal urusan tertentu, cinta tak lagi harus menunggu.

Kau tau apa? Dalam hal ibadah, kau tak perlu menunggu org lain melakukannya lebih dulu atasmu.

Karna kau berhak atas dirimu sendiri. Karna kau berhak beribadah kepada Rabbmu, kapanpun dan dimanapun, seperti kemampuanmu.

Hingga kau paham, bahwa terkadang cinta tak harus menunggu. 

🙂

Dah jadi mamak mamak

Aku mau cerita, sekarang…aku dah jadi mamak2 lah yakan ceritanya. Dah gitu aja ceritaku lah ya.
Kalok ko tanya kok sikit kali ceritaku, pasti ngertilah ko kekmana mamak2 itu. Ko liat aja mamakmu, kekmana dia kek gitu jugak lah aku.

Dah lah.. capek habis nginem malam2. Tidor dulu lah mamak ya! Besok pagi2 kali mamak harus bangun lagi. Belom tegosok baju kerja si bapak ganteng kita itu.

Kalok ko bingung aku cakap apa, cak ko tanya aja lah sama kawanmu yang anak medan. Ngertinya dia itu cakapku.

Berdamai dengan hati~

Pernah suatu hari…. wajah saya ditunjuk2 sama wanita berjubah hitam, dengan nada emosi amarah dia berkata “Kamu kan tau lusi kalau Leasing itu riba. Ngapain kamu ngelamar kerja disitu”, lalu dia menggeram. Mungkin sebegitu geramnya dengan saya yang apalah…. baru juga mau memulai terjun kedunia kerja. Pemahaman agama saya masih dibawah nol, pengalaman tak punya, masih lugu sekali…

Tak henti disitu, wanita itu kembali mencari kesalahan saya yg lain. Lalu melemparkan kata2 yg saya anggap fitnah buat saya. Sesuatu yang bukan saya lakukan, didaratkan tepat dimuka saya, juga… dipermalukan didepan org lain. Ah… saya merasa dizholimi saat itu. Tapi saya tidak gentar.. berdiam saja, mendengar ocehan sang wanita yg penuh amarah. Saya punya allah, biar Allah yg balas perlakuannya terhadap saya. Sedang kawan seperjuangan yg lain, terdiam didalam ruangan.

Tak lama kejadian, saya akhirnya keluar dari tempat itu… mencari rezki ditempat yg lain. Meski… ah, saya memang belum ikhlas. Masih terasa sakit sekali jika teringat ucapannya.

Tapi… memilih memafkan dan mengabaikan memberikan kedamaian dlm jiwa, bukan?

Selembar amplop saya serahkan kepada bapak saya. Dan ketika ia membuka isinya, ia pun begitu kaget. Lalu mengatakan “Dua minggu lulu kerja, cuma dikasih segini sama bosmu? Katamu dia ngerti agama, orangnya ngaji, tapi kenapa zholim kali ngasih upahmu?”. Aku diam, begitu malas utk berkomentar sebenarnya. “Kayak gini zholim namanya dia. Ngaji apa kayak gtu ngasih upahmu segini.” Timpal bapak. 

Saya hanya menghela nafas, “biar Allah yg balas”, gumam saya dalam hati.

Beberapa bulan kemudian, saya diterima bekerja ditempat yg layak. Yang memperlakukan saya sebagai seorang yg layak. Tanpa ada rasa keki atau diskriminasi, justru disana saya selalu diberi motivasi. Bagi saya… setiap hari adalah SEMANGAT ketika bekerja disana, ya… di RUMAH ZAKAT. Tiada kejenuhan dan kejemuan saat bekerja disana. Saya sangat mencintai pekerjaan saya saat itu.

Beberapa bulan kemudian… saya menghubungi teman seperjuangan saya dahulu. Menanyakan kabar dan bagaimana aktifitasnya di ruangan kecil itu. Lalu, saya dikejutkan dengan kabar bahwa… semua teman seperjuangan saya sudah tak lagi bekerja disana. “Mereka gak tahan, lu’ sama sikap ibuk”, itulah yang ia katakan.

Tahun berganti, lalu saya mendengar kembali… ruang kecil tempat saya berpijak mencari rezeki dahulu kembali mencari pengganti. Bbrp bulan kemudian pun, masih mendengar cerita yg sama. Woww…

Yang saya ingat dari apa yg pernah disampaikan atasan saya terkait pemimpin dan karyawan….

 Jika dalam satu tahun kepemimpinan seseorang, dan dalam satu tahun itu ada lebih dari satu karyawan yg resign, maka… yg bermasalah bukan karyawannya. Namun pemimpinnya lah yg bermasalah.

Well yeaah… tak perlu membalas perlakuan buruk orang lain terhadap kita, bukan? 

Sebab Allaah Maha menyaksikan 🙂

Selamat istirahat__

Menengok ke Langit

Kelabu membiru

Bekas hujan malam tadi.

Bau tanah basah masih tercium menyengat

Daundaun kering melembab

Pun tubuh remuk menghantam hari

,kelelahan sejak kemarin…

Kupeluk tubuh mungil yg sedari tadi menghampiri.

Wajahnya layu tak bertepi

Menepi kepelukan sang ibu..